From “Dear You” to You
“Begitu bermaknanya setitik airmata untuk sebuah
ketulusan hati. Inikah inginmu? Kau paksa aku menepi dan membiarkan diri untuk
berkaca pada buramnya kaca cermin yang retak”
“Cinta yang ku jaga untukmu itu seperti bayanganku
dalam cermin. Begitu nyata, tapi tak bisa kusentuh”
“Jangan pernah mengajariku untuk berpaling”
“Percuma, bergemingpun tidak. Lelahku kini melampaui
batas logika, tapi tetap saja sia-sia. Kau selalu disini. Dihatiku, menggerogoti
kalbu dengan rindu”
“Sesakit apapun, aku tetap ingin menjadi jembatan dan
tiang tanpa sebab untukmu”
“Mampukah aku beranjak pergi? Dengan semua tentangmu
yang pelan-pelan makin lama makin memberatkan langkahku? Padahal aku tak bisa
berlama-lama disini. Padahal kaupun juga sudah lama tak disini”
“Kau adalah kata tunggal. Dilipatan hatimu, rindu ku
bakukan. Tercetak dengan huruf tebal”
“Waktu. Waktu itu selalu ada dan siap ada. Kadang, kita
yang cuek dan mencampakkannya hingga kebersamaan kita hilang maknanya. Iya,
KITA!!”
Kisah ini adalah kisah yang tak sempurna…
Aku memang tak berhati besar untuk memahami hatimu
disana. Aku juga tak berlapang dada untuk menyadari kau bukan milikku lagi.
Tapi dengar dengarkan aku, aku akan bertahan sampai kapanpun. Maafkan aku yang
tak sempurna tuk dirimu. Usailah sudah kisah yang tak sempurna untuk kita
kenang…..Andai aku dapat merelakan setiap kepingan ukiran kenangan indah ini. Andai
aku sanggup menjalani setiap detik dan waktu mendatang…Aku akan belajar
memandirikan hatiku tanpa kamu. Aku akan belajar mendisiplinkan perasaan ini
untuk bebal terhadapmu, terimakasih J J
Hemm,,,yatta yatta, i can do it !! Hwaitiing (^o^)/
BalasHapus