Rabu, 02 Januari 2013

Only Your Hope

Hope, That’s Only Your Hope

                Aku melihatnya, duduk dihadapan puluhan bahkan mungkin ratusan remaja yang menatapnya dengan pandangan kagum. Hari ini seperti biasa, dia terlihat keren, dengan kemeja putih polo andalannya dan gayanya yang cool saat memetik gitar, benar-benar seimbang dengan apreasi tepuk tangan riuh dan teriakan-teriakan kagum yang ditujukan untuknya.  Dia adalah Remon, Charemon. Aku sangat menyukainya, aku suka gayanya, aku suka cara dia tersenyum, aku suka cara dia makan, aku suka cara dia berjalan, aku suka cara dia bermain gitar, bahkan aku suka saat dia memanggilku Pikachu, Shippo, Tweetty, Casper, dan bahkan Pegasus, yah intinya aku menyukai apapun tentang dia, KECUALI kenyataan bahwa dia pacar Celesta, cewek seimut barbie yang semua orang bilang mereka serasi, kenyataan yang membuatku tersenyum dalam getir.

 “There will never be another by my side ,because all I am is just for you,and there can never be another by my sideI need you here with me“ dia melantunkan bait demi bait lagu Tiill the End of Time milik Christian Bautista dengan sangat menyentuh, yah sangat sempurna. “Woi, Athena, Woi” Remon menatapku bingung, wajahnya mendekat ke wajahku, sangat dekat dan OMG aku baru menyadari itu, “Eh, keren keren, bagus kok” jawabku gugup dan asal, hah memalukan, lagi-lagi aku selalu terbuai dengan suara Remon dan petikan gitarnya. “Hah, lu daritadi bengong” sungutnya, “pokoknya, besok gue mau nyanyikan dia lagu ini setelah gue ngasih dia kado dan cake nya, gue udah pesen birthday cake cokelat kesukaannya, pokoknya besok lu . . .” entah kenapa telingaku seakan tuli mendadak, aku tau dia bicara, aku tau dia dengan panjang lebar bicara padaku, meskipun dia bukanlah tipe orang bawel dan suka banyak bicara, tapi jika sudah menyangkut Celesta, tabiat cool dan pelit ngomongnya mendadak sirna, DAAANNN parahnya aku adalah partner setia yang dipilihnya untuk membahas topik Celesta, yah karena aku adalah sahabatnya, sahabat yang ntah sejak kapan dan dimana mulai mentransfer hatiku untuknya, haaah bodoh.
       
        “Ni mau ga ?” Remon memberiku nyam-nyam, yah ini rahasia kami, dibalik wajahnya yang tampan, penampilannya yang keren, dan pembawaannya yang cool, sebenarnya dia sangat kekanakan, cemilannya adalah nyam-nyam, choki-choki, permen kaki, bahkan milna, regal, begitulah dia, tapi disitulah aku menyukainya, dia adalah sosok yang menyenangkan. “mmh, itu kado buat dia ?” tanyaku sambil membuka kemasan nyam-nyam yang diberinya. “ah, iya, hahaha “ dia tertawa ringan “gue kado dia lukisan gue dan dia saat di French” paparnya sambil tersenyum tipis. Sarapan buruk untu hatiku, tapi aku tahu, dia sangat menyayangi Celesta, dan harusnya aku bahagia, mungkin memang munafik memaksakan hati untuk bahagia padahal remuk, tapi aku tak punya hak apapun, aku hanya sahabatnya, jadi sahabat orang seperti dia itu bagiku sudah sangat beruntung, karena aku bisa dekat dengannya, bahkan aku dengan mudah tahu apapaun yang sedang dirasakannya disaat beberapastalker-nya susah payah mencari tau info tentangnya. Akhirnya aku memaksakan mulutku untuk tersenyum, meskipun hasilnya lebih mirip orang nahan muntah. “Ah so sweet , dia pasti . . . “ belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, tiba-tiba handphone ku bordering “Eh, tunggu sebentar ya” kataku sambil sedikit membalik tubuhku, menjawab telpon, Kath ? kenapa dia menelponku ? setauku dia temen Celesta, aku kenal dia, namun tidak dekat, hanya sekedar kenal dan punya nomor hapenya, tapi sekalipun kami belum pernah sms-an, apalagi telpon. “Halo” angkatku ragu, “Halo, Na, please lu bilang sama Remon, nomornya ga aktiv, bilang kalau Celesta ……” tubuhku dingin, aku membalikkan tubuhku, menatap Remon yang sedang asik memakan nyam-nyamnya, dia terlihat sangat bahagia, yah pasti sangat bahagia, hari ini ulang tahun kekasihnya, bertepatan dengan anniversary mereka yang ke-2 tahun, aku tahu dia sudah berhari-hari merencanakan ini, tapi . . . “hey, kenapa lu ngeliatin gue kayak gitu? barusan telpon siapa?“ Tanya Remon membuyarkan lamunanku, “Hope Our Love Last and Never Die” ntah kenapa kalimat yang sering Remon katakan pada Celesta mendadak berkelebat di otakku, dan aku tahu, senyum bahagia yang terpatri dibibirnya saat ini, tatapan mata ceria penuh harapan ini, sebentar lagi akan sirna, “Celesta kecelakaan, dan dia . . “ ntah kenapa, aku merasa hancur. Hope, kalimat sakti kalian itu only your hope, Remon. Sama seperti aku dan persaanku padamu selama ini, tapi kurasa, ini jauh lebih menyakitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar