Hope,
That’s Only Your Hope
Aku melihatnya, duduk dihadapan puluhan bahkan mungkin ratusan remaja yang menatapnya dengan pandangan kagum. Hari ini seperti biasa, dia terlihat keren, dengan kemeja putih
polo andalannya dan gayanya yang cool saat memetik gitar,
benar-benar seimbang dengan apreasi tepuk tangan riuh dan teriakan-teriakan
kagum yang ditujukan untuknya. Dia adalah Remon, Charemon. Aku sangat
menyukainya, aku suka gayanya, aku suka cara dia tersenyum, aku suka cara dia
makan, aku suka cara dia berjalan, aku suka cara dia bermain gitar, bahkan aku
suka saat dia memanggilku Pikachu, Shippo, Tweetty, Casper, dan bahkan Pegasus,
yah intinya aku menyukai apapun tentang dia, KECUALI kenyataan bahwa dia pacar
Celesta, cewek seimut barbie yang semua orang bilang mereka serasi, kenyataan yang membuatku tersenyum dalam getir.
“There will never
be another by my side ,because all I
am is just for you,and there can never be
another by my side, I need you here
with me“ dia melantunkan bait
demi bait lagu Tiill the End of Time milik Christian Bautista dengan sangat
menyentuh, yah sangat sempurna. “Woi, Athena, Woi” Remon menatapku bingung,
wajahnya mendekat ke wajahku, sangat dekat dan OMG aku baru menyadari itu, “Eh,
keren keren, bagus kok” jawabku gugup dan asal, hah memalukan, lagi-lagi aku
selalu terbuai dengan suara Remon dan petikan gitarnya. “Hah, lu daritadi
bengong” sungutnya, “pokoknya, besok gue mau nyanyikan dia lagu ini setelah gue
ngasih dia kado dan cake nya, gue udah pesen birthday
cake cokelat kesukaannya, pokoknya besok lu . . .” entah kenapa
telingaku seakan tuli mendadak, aku tau dia bicara, aku tau dia dengan panjang
lebar bicara padaku, meskipun dia bukanlah tipe orang bawel dan suka banyak
bicara, tapi jika sudah menyangkut Celesta, tabiat cool dan
pelit ngomongnya mendadak sirna, DAAANNN parahnya aku adalah partner setia yang
dipilihnya untuk membahas topik Celesta, yah karena aku adalah sahabatnya,
sahabat yang ntah sejak kapan dan dimana mulai mentransfer hatiku untuknya,
haaah bodoh.
“Ni mau ga ?” Remon memberiku nyam-nyam, yah ini
rahasia kami, dibalik wajahnya yang tampan, penampilannya yang keren, dan
pembawaannya yang cool, sebenarnya dia sangat kekanakan,
cemilannya adalah nyam-nyam, choki-choki, permen kaki, bahkan milna, regal,
begitulah dia, tapi disitulah aku menyukainya, dia adalah sosok yang
menyenangkan. “mmh, itu kado buat dia ?” tanyaku sambil membuka kemasan
nyam-nyam yang diberinya. “ah, iya, hahaha “ dia tertawa ringan “gue kado dia
lukisan gue dan dia saat di French” paparnya sambil tersenyum tipis. Sarapan
buruk untu hatiku, tapi aku tahu, dia sangat menyayangi Celesta, dan harusnya
aku bahagia, mungkin memang munafik memaksakan hati untuk bahagia padahal
remuk, tapi aku tak punya hak apapun, aku hanya sahabatnya, jadi sahabat orang
seperti dia itu bagiku sudah sangat beruntung, karena aku bisa dekat dengannya,
bahkan aku dengan mudah tahu apapaun yang sedang dirasakannya disaat beberapastalker-nya
susah payah mencari tau info tentangnya. Akhirnya aku memaksakan mulutku untuk
tersenyum, meskipun hasilnya lebih mirip orang nahan muntah. “Ah so
sweet , dia pasti . . . “ belum sempat aku menyelesaikan ucapanku,
tiba-tiba handphone ku bordering “Eh, tunggu sebentar ya” kataku
sambil sedikit membalik tubuhku, menjawab telpon, Kath ? kenapa dia menelponku
? setauku dia temen Celesta, aku kenal dia, namun tidak dekat, hanya sekedar
kenal dan punya nomor hapenya, tapi sekalipun kami belum pernah sms-an, apalagi
telpon. “Halo” angkatku ragu, “Halo, Na, please lu bilang sama Remon, nomornya
ga aktiv, bilang kalau Celesta ……” tubuhku dingin, aku membalikkan tubuhku,
menatap Remon yang sedang asik memakan nyam-nyamnya, dia terlihat sangat
bahagia, yah pasti sangat bahagia, hari ini ulang tahun kekasihnya, bertepatan
dengan anniversary mereka yang ke-2 tahun, aku tahu dia sudah
berhari-hari merencanakan ini, tapi . . . “hey, kenapa lu ngeliatin gue kayak
gitu? barusan telpon siapa?“ Tanya Remon membuyarkan lamunanku, “Hope
Our Love Last and Never Die” ntah kenapa kalimat yang sering Remon
katakan pada Celesta mendadak berkelebat di otakku, dan aku tahu, senyum
bahagia yang terpatri dibibirnya saat ini, tatapan mata ceria penuh harapan
ini, sebentar lagi akan sirna, “Celesta kecelakaan, dan dia . . “ ntah kenapa,
aku merasa hancur. Hope, kalimat sakti kalian itu only your
hope, Remon. Sama seperti aku dan persaanku padamu selama ini, tapi kurasa,
ini jauh lebih menyakitkan.